PESTA DEMOKRASI 2017
PRINGSEWU – PEMILUKADA Kabupaten
Pringsewu merupakan pesta demokrasi bagi rakyat. Kegagalan dan
kesuksesannya mencerminkan kondisi dan situasi rakyat daerah tersebut.
Sekalipun secara kalkulasi pemenang pemilukada adalah pasangan kandidat
yang memperoleh suara terbanyak, namun hakikatnya pemenang sejati proses
demokrasi ini adalah rakyat secara keseluruhan. Dengan pemahaman
seperti ini sepatutnya tidak akan muncul konflik.
Kandidat yang menang tidak perlu menepuk dada,
bersombong diri bahkan meremehkan kandidat yang kalah. Sebaliknya,
kemenangan tersebut dijadikan sebagai bahan tanggung jawab dalam
memenuhi harapan rakyat sebagaimana janji-janji yang telah
disampaikannya ketika kampanye.
Pasangan kandidat terpilih pun selayaknya menjadikan
kemenangan tersebut sebagai kemenangan bersama. Program pertama yang
menjadi prioritas adalah merangkul seluruh komponen masyarakat di
Kabupaten Pringsewu. Dengan menggandeng seluruh komponen, termasuk
pasangan dan pendukung yang kalah, maka akan tercipta kebersamaan untuk
membawa Pringsewu menuju kondisi yang lebih baik.
Dalam pemahaman rakyat sebagai pemenang maka pasangan
kandidat yang kalah tidak perlu dendam apalagi berniat menjegal
kemenangan. Sebaliknya, mereka perlu menerima dengan segenap jiwa raga
sambil mengangkat topi mengucapkan selamat kepada pemenang. Kekalahan
dalam pemilukada bukan genderang kiamat bagi kandidat maupun partai
politik pendukung. Yang perlu segera dilakukan adalah evaluasi diri,
otokritik mengapa bisa kalah dan selanjutnya bangkit kembali membangun
kekuatan untuk berjuang dalam pemilukada lima tahun yang akan datang
Dengan pemahaman seperti ini konflik dan sengketa pemilukada akan bisa
diminimalisir.
Manajemen Konflik Pilkada
Dalam proses demokrasi, termasuk pemilihan kepala
daerah, konflik tentu saja akan tetap ada. Benturan berbagai kepentingan
akan selalu muncul, apalagi ini berkaitan dengan perebutan kekuasaan
untuk masa lima tahun ke depan. Adanya konflik tentu bukan untuk
diperbesar atau sebaliknya dihilangkan sama sekali, tapi justru yang
paling penting konflik perlu dikelola dengan baik melalui manajemen
konflik.
Konflik yang sering muncul dalam pemilukada biasanya
terdiri dari dua bentuk: konflik horizontal dan konflik vertikal.
Konflik horizontal adalah konflik diantara pasangan kandidat, sedangkan
konflik vertikal berarti konflik antara kandidat dengan KPU sebagai
lembaga penyelenggara pemilukada. Konflik horizontal misalnya terjadi
ketika muncul tuduhan kecurangan dari salah satu kandidat kepada
kandidat lain. Adapun konflik vertikal contohnya ketidakpuasan salah
satu kandidat terhadap KPU dalam masalah DPT (Daftar Pemilih Tetap)
sehingga banyak pendukungnya yang tidak tercantum dalam daftar tersebut.
Termasuk juga konflik vertikal adalah konflik sengketa hasil
penghitungan suara.
Berdasarkan pengalaman, konflik dan sengketa
pemilukada biasanya baru muncul menyeruak ke permukaan setelah
pengumuman resmi KPU.
Oleh karena itu kita terus berupaya menjaga suasana
kedamaian yang saat ini tetap terjaga. Jangan sampai ulah sebagian
provokator yang ingin memperkeruh suasana memancing kita untuk
berkonflik. Di sinilah sekali lagi perlu dipahami bahwa pemenang
pemilukada bukan hanya milik kandidat yang meraih suara terbanyak.
Pemenang sejati adalah rakyat termasuk di dalamnya pasangan yang kalah.
Jangan sampai kita menodai usaha dan kerja keras yang telah kita lakukan
untuk kepentingan sesaat. Kemenangan rakyat kali ini akan menjadi modal
sosial dalam membangun demokrasi di Kabupaten Pringsewu di masa depan.
(*na)
Sumber : http://www.nuraminudin.co.id/pesta-demokrasi-2017/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar